Selasa, 15 April 2014

Europe, feels like one step closer



Pukul 22.23 WIB, dan saya masih di depan laptop yang sudah menyala hampir 8 jam. Bukan untuk menggarap proposal tesis, tapi membaca blog dari satu blog ke blog yang lain. Yah..seperti yang saya tulis di posting sebelum ini, saya, tanpa alasan yang jelas dan tidak mampu dinalar oleh diri saya sendiri, sangat enggan untuk mengerjakan paling tidak satu paragraf saja untuk proposal tesis saya. Dan akhirnya hobi saya yang sempat surut hampir satu tahun belakangan ini kembali saya lakukan yaitu blogwalking. Bermula dari keisengan saya membuka di google search tentang cerita-cerita di blog mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Eropa, jadilah saya menemukan beberapa blog yang sangat membuat saya tertarik untuk membacanya.

Sedari kemarin saya blogwalking dengan santai di kamar, sambil berguling-guling ria di atas kasur, membiarkan diri tenggelam dalam cerita-cerita mereka di Benua Biru yang makin mendorong saya untuk bisa menginjakkan kaki di sana. Ya, saya dari dulu, seingat saya mulai dari ketika  saya menonton tayangan televisi yang menggambarkan keindahan kota-kota di negara-negara eropa, saya tidak ingat persisnya kapan, waktu SMA kalau tidak salah, saya sangat kagum dengan Benua ini, bangunan-bangunannya yang penuh sejarah, Benua dimana hampir semua ilmuwan dilahirkan di sana, sejak saat itulah saya bermimpi untuk bisa ke sana. Someday.

Pada saat itu, saya menganggap mimpi saya itu hanyalah mimpi selayaknya mimpi sebagai bunga tidur, khayalan semata, karena seingat saya, sampai saya SMA, saya tidak pernah bertemu dengan orang yang telah menginjakkan kaki di sana. Ibarat pungguk merindukan bulan. Ibarat jauh panggang dari api. Mimpi yang tidak akan pernah terwujud.
 
Tapi berbeda dengan sekarang, dengan membaca tulisan-tulisan dari mereka yang telah tinggal di sana, saya rasa-rasanya tidak terlalu naif untuk sekedar bercita-cita ingin ke sana. Seakan mimpi yang dulu saya anggap sangat tidak mungkin digapai, namun itu sangat mungkin untuk dilakukan oleh saya yang sekarang. Rambut kita sama hitam, makanan kita sama nasi, kalau mereka bisa ke sana, kenapa saya tidak? Ya begitulah yang ada di pikiran saya sekarang ini.

Memang hal ini masih berupa cita-cita, tapi bukankah sebuah pencapaian didahului oleh cita-cita? Someday, i don’t know when, i will go there, Europe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar