Selasa, 15 April 2014

Banyak jalan menuju Roma



Satu hal yang bisa saya simpulkan dari hasil saya membaca beberapa blog dari anak-anak muda Indonesia yang berhasil menginjakkan kaki di Eropa, bahwa cita-cita untuk sekedar sampai ke benua  itu sangat possible untuk dicapai.
 
Dari yang saya baca, terdapat beberapa cara untuk bisa ke sana, tentu khususnya bagi orang seperti saya (mempunyai dana yang terbatas, mementingkan irit di atas keyamanan, dan berusaha mandiri, tidak mengandalkan uang dari orang tua). Bagaimana caranya?

Pertama, mencari beasiswa untuk bisa kuliah di sana. Sebagaimana yang saya baca, mahasiswa Indonesia yang datang ke Eropa yang memperoleh beasiswa itu kebanyakan untuk studi Master (S2) atau Doktoral (S3). Ada banyak sekali program beasiswa yang bisa diikuti oleh mahasiswa Indonesia yang mau melanjutkan studi di sana, tentunya harus memenuhi standar dan persyaratan dari Universitas tersebut. Kegigihan dan semangat adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh seorang scholarship hunter, karena sangat jarang bisa diterima hanya dengan satu kali apply. Kebanyakan dari mereka harus mengirim berkali-kali application ke berbagai Universitas yang tersebar di Eropa, untuk kemudian bisa diterima sebagai mahasiswa di salah satu Universitas di sana.

Namun jika dirasa untuk mendapatkan beasiswa sangat sulit, karena mempunyai berbagai kendala, maka cara kedua patut untuk dipertimbangkan. Cara kedua yaitu dengan mengikuti program Au-pair. Dari yang saya baca, Au-pair artinya balas jasa atau memiliki hubungan timbal balik. Dimana di satu sisi, ada mahasiswa atau sarjana yang sangat ingin merasakan hidup di negara lain, ingin belajar budaya dan bergaul dengan orang-orang bangsa lain, ingin belajar suatu bahasa di negara aslinya, namun tidak memiliki dana yang cukup untuk pergi ke sana secara mandiri. Kemudian disisi lain terdapat satu keluarga pekerja yang memiliki anak kecil sangat membutuhkan pengasuh untuk mengurusi anaknya selagi mereka sibuk dengan pekerjaan, maka Au-pair lah yang menjembatani keduanya (mahasiswa dan keluarga tersebut). Jadi mahasiswa bisa tinggal di dalam keluarga tersebut, disediakan kamar sendiri, fasilitas yang memadai, makan gratis, belajar di lembaga kursus bahasa, dan diberikan uang saku. Sebagai balas jasanya, mahasiswa harus menjadi kakak asuh yang bertugas mengurusi anak kecil dalam keluarga tersebut maksimal 30 jam/minggu, tergantung kesepakatan antara mahasiswa dengan keluarga. Untuk lebih jelasnya, di google search, jika mengetikkan keyword: Aupair maka di sana akan bermunculan blog-blog dari mahasiswa yang telah menjalani program ini.

Singkatnya, banyak jalan menuju Roma. Saya jadi berfikir, seandainya saya adalah seorang sarjana freshgraduated, maka saya tidak akan buru-buru mencari pekerjaan ataupun menjadi PNS. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menempuh kedua cara di atas untuk bisa ke Eropa. Mungkin tidak semua orang setuju dengan saya. Tapi itulah saya. Saya ingin menatap dunia. Dunia yang jauh di luar sana. Yang tidak pernah saya kunjungi. Yang orang-orangnya tidak pernah saya temui. Yang bahasanya akan sangat asing di telinga.

Semoga tesis saya cepat selesai. Amin.

3 komentar:

  1. Btw, au pair gak harus berstatus mahasiswa loh. Beberapa temen saya ikutan au pair setelah lulus kuliah. Haha. Tapi untung2an sih kalo jadi au pair. Kalo keluarganya asik ya menyenangkan, kalo keluarganya malah ngegunain au pairnya jadi semacam maid.. beuh, capeee hahaha. Mending beasiswa deh :D

    Semoga segera mencapai Roma ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe... ok, makasih Nyanya. Btw, saya suke baca tulisan kamu.. :-)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus