Kamis, 20 Februari 2014

Jogja istimewa



Bandung, 21 Februari 2014
00.42 WIB

Entah apa yang lagi merasuki pikiranku, tiba-tiba saja di tengah malam seperti ini tergugah hati untuk menulis. Bukan, bukan menulis tentang proposal tesis yang harusnya menjadi fokusku saat ini, tapi tentang ceritaku dengan sebuah kota, kota yang mempunyai ruang lain di hati, Jogjakarta.

Dibanding dengan “Yogyakarta” aku lebih suka menuliskan nama kota ini dengan “Jogjakarta” seperti pengucapannya yang lebih familiar ditelinga serta lebih enak di lidah. Sejujurnya, aku baru bertandang ke kota itu sebanyak 2 kali. Pertama, pada Januari 2010, saat itu aku bersama rombongan teman-teman kampusku mengadakan study tour yang salah satu agendanya adalah bersilaturrahim dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UGM dan juga lawatan ke Jogja International Hospital, jadilah kami berada di Kota itu selama 2 hari. Pada kunjungan pertama itu, walaupun hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk menikmati suasana kota itu, aku sudah merasa jatuh cinta. Jika ditanya mengapa, aku juga tidak tahu jawabannya, tapi bukankah jatuh cinta tidak perlu alasan?

Kali kedua aku berkunjung ke Jogja yaitu pada ujung bulan Januari 2014 lalu, dan untuk kedua kalinya pula aku jatuh cinta dengan kota itu. Kota itu seakan mempunyai magnet yang sangat kuat bagiku, suasananya, orang-orangnya, angkringannya, bangunan-bangunannya, setiap sudut jalannya, bahkan seakan aku bisa mencium wangi aroma kota itu yang mungkin cuma aku sendiri yang bisa menerjemahkannya. Tak salah ketika ia disebut sebagai kota istimewa, karena memang setiap hal di sana sangat istimewa. Akan tetapi, bukan berarti aku ingin terus berada di sana atau bahkan tinggal disana, bukan. Justru aku tidak ingin tinggal di sana karena aku takut jika aku tinggal disana maka semua rasa cintaku akan menjadi hambar, karena jika kau berada di dalamnya dalam waktu yang lama, apapun itu, semua akan menjadi terbiasa dan tak bermakna. Aku tidak mau rasa itu hilang, biarlah kota itu menjadi kota yang selalu akan kurindukan.

Pada Palembang, akan tetap menjadi kota kelahiranku dimana merupakan satu-satunya kota yang bisa ku sebut sebagai tempatku untuk pulang.

Pada Belitong, akan selalu menjadi tempatku bersuka hati.

Pada Bandung, akan tetap kusebut sebagai kota yang membuatku betah untuk tinggal.

Dan pada Jogja, akan selalu menjadi tempat teristimewa, kota yang selalu bisa membuatku jatuh cinta, kota yang akan selalu aku rindui.

Jogja..sungguh aku merindukan kota itu dan segala sesuatu yang ada di dalamnya.